ANAMBASBATAMBINTANDAERAHHUKRIMKARIMUNNASIONALNATUNATANJUNGPINANGUncategorized

Romo Paschal Ungkap Praktik Penyiksaan Korban TPPO

Avatar photo
10
×

Romo Paschal Ungkap Praktik Penyiksaan Korban TPPO

Share this article
Romo Paschal Saat Acara Sosialisasi dan Penyuluhan Kewaspadaan Dini Masyarakat

BATAM, Liputannews.id — Aktivis kemanusiaan Kota Batam, Romo Chrisanctus Paschalis atau Romo Paschal, mengingatkan orang tua agar lebih waspada terhadap anak-anak dan warga sekitar di tengah maraknya kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) serta penipuan online. Peringatan ini disampaikannya dalam kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan Kewaspadaan Dini Masyarakat oleh FKDM Kota Batam di Kantor Kecamatan Batu Ampar, Rabu (16/7/2025).

“Hati-hati, Bapak dan Ibu. Di lingkungan tempat kita tinggal pun bisa terjadi kasus TPPO yang melibatkan sindikat perdagangan orang,” ujar Romo Paschal.

Ia menyebutkan, lebih dari 130 remaja asal Batam dan Kepulauan Riau telah menjadi korban TPPO, penipuan cinta (love scamming), serta industri penipuan online di luar negeri. Modus yang digunakan adalah menawarkan pekerjaan ringan di depan komputer dengan gaji Rp15–20 juta per bulan.

“Sesampainya di sana, anak-anak kita justru dilatih untuk menipu warga Indonesia. Mereka dipaksa meraup uang hingga ratusan juta rupiah per hari. Kalau target tidak tercapai, mereka disiksa, disetrum, tidak diberi makan, bahkan dikurung,” jelasnya.

Lebih memprihatinkan, kata Romo Paschal, para korban tidak bisa pulang begitu saja ke Indonesia. “Mereka diminta menebus Rp50 juta atau merekrut lima orang WNI sebagai pengganti. Kalau gagal, bisa dijual lagi ke sindikat lain. Ini kenyataan yang sangat pahit,” ucapnya.

Ia menegaskan agar orang tua tidak gegabah melepas anak bekerja ke luar negeri tanpa persiapan yang jelas. “Bapak Ibu, jangan pernah izinkan anak atau warga kita berangkat hanya bermodal paspor. Bisa jadi mereka menjadi korban. Mari kita cegah bersama-sama,” tegasnya.

Selain itu, Romo Paschal juga menyoroti bahaya media sosial sebagai pintu masuk kasus eksploitasi. “Awalnya anak-anak hanya kirim foto atau video biasa, lalu dikirimi uang. Karena merasa mendapat penghasilan, mereka menurut saja. Lama-lama diminta kirim foto tanpa busana, bahkan live video. Kalau menolak, mereka diancam,” ungkapnya.

Lebih ironis lagi, lanjutnya, perekrutan justru dilakukan oleh sesama WNI yang menetap di luar negeri. Ia pun meminta masyarakat segera melaporkan jika menemukan ada korban TPPO.

“Jika ada informasi tentang WNI yang menjadi korban TPPO atau penipuan online di Kamboja, Filipina, atau negara lainnya, segera hubungi saya sebelum komunikasi terputus. Kami akan langsung koordinasikan dengan KJRI setempat,” tutupnya. (Anes-LN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *