
ANAMBAS, Liputannews.id – Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) Peduli Penyu di Kabupaten Kepulauan Anambas berhasil melepaskan lebih dari 152.676 tukik ke laut lepas sejak pertama kali melaksanakan program ini pada tahun 2014.
“Kegiatan konservasi ini bertujuan untuk melestarikan spesies penyu dan melindungi habitatnya, di kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati, sebagai bagian dari upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem lokal,” kata Firman selaku pengelola Peduli Penyu di Pulau Pahat, Sabtu (18/01/2025).
Pulau Pahat, yang terkenal dengan pemandangan indah dan pasir putihnya, menjadi salah satu lokasi konservasi penyu yang paling penting di Kepulauan Anambas.
“Di kawasan ini, terdapat sebuah rumah penyu yang berfungsi sebagai pusat edukasi dan perlindungan satwa laut, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan laut dan mendukung upaya perlindungan terhadap spesies penyu yang terancam punah,” tambahnya.
Program konservasi ini juga melibatkan penetasan tukik secara semi alami, yang dikelola melalui program Community Investment Premier Oil bekerja sama dengan kelompok masyarakat setempat.
Firman, pengelola Peduli Penyu di Pulau Pahat, menjelaskan bahwa tujuan utama dari konservasi penyu ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies langka tersebut serta melindungi ekosistem laut yang menjadi habitatnya.
“Tukik yang dihasilkan dari proses penangkaran akhirnya dilepasliarkan ke habitat alami mereka sebagai langkah vital dalam mempertahankan populasi penyu yang semakin terancam,” ujarnya.
Namun, Firman juga mengungkapkan adanya tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan konservasi, terutama pada musim utara ketika angin kencang mempengaruhi perilaku penyu.
“Penyu cenderung jarang naik ke pantai untuk bertelur, yang menghambat proses penetasan dan mengancam kelangsungan hidup spesies ini,” ungkapnya.
Selain sebagai kawasan konservasi, Pulau Pahat juga menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan, terutama pada hari libur.
“Wisatawan dapat menyaksikan langsung proses penyu bertelur dan melihat tukik dilepasliarkan di pantai, memberikan pengalaman edukatif sekaligus mendukung upaya konservasi penyu,” sambungnya.
Pulau Pahat dapat dijangkau dengan perjalanan sekitar satu jam dari Kota Tarempa menggunakan speed boat, dan tersedia tenda bagi pengunjung yang ingin menginap di sana.
Pusat Konservasi Penyu di Pulau Pahat tidak hanya menawarkan pengalaman edukatif yang berharga, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian penyu dan ekosistem laut.
“Pulau Pahat, dengan fasilitas yang lengkap dan berbagai kegiatan menarik, menjadi contoh nyata bagaimana konservasi dapat berjalan beriringan dengan pengembangan wisata berkelanjutan,” ujar Firman..
Dengan fasilitas yang lengkap dan berbagai kegiatan menarik, Pulau Pahat menjadi contoh nyata bagaimana konservasi dapat berjalan beriringan dengan pengembangan wisata berkelanjutan.
Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh Kompak Peduli Penyu di Pulau Pahat merupakan bukti komitmen masyarakat setempat dan berbagai pihak untuk menjaga kelestarian penyu dan lingkungan laut demi masa depan yang lebih baik. (Ifa-LN)